Minggu, 29 April 2012

Renungan Warta Minggu-5 April 2012


Gereja sebagai Tubuh Kristus
(I Korintus 12:12-27; Efesus 1:22,23)


Setiap manusia diciptakan unik. Tidak ada satu manusia pun yang sama. Perbedaan sengaja diciptakan Allah dengan tujuan: memberikan keragaman dan kepelbagaian untuk menyaksikan keindahan dan keagungan Allah. Rasul Paulus menjelaskan keragaman dan kepelbagaian karunia dengan gambaran kerjasama banyak anggota tubuh dalam satu tubuh. Masing-masing anggota tubuh mempunyai peran dan fungsi yang berbeda. Misalnya, tangan dan kaki mengerjakan tugas yang berbeda. Kita tidak akan membiarkan kaki menyuapkan makanan ke mulut kita. Meski memiliki peran dan fungsi yang berbeda, semua anggota tubuh sama pentingnya bagi tubuh. Anggota tubuh yang lemah akan dibantu oleh yang kuat, seperti jari kelingking akan dibantu ibu jari dalam mengerjakan hal tertentu.

Karunia adalah pemberian Allah yang dianugerahkan cuma-cuma kepada kita, dan sering disebut sebagai karunia rohani. Tidak ada di antara kita yang tidak punya karunia. Juga, tidak ada yang punya semua karunia. Allah mempunyai rencana dan kehendak mengapa Ia memberikan karunia tertentu kepada seseorang dan tidak memberikannya kepada orang lain. Marilah kita mensyukuri atas karunia apa pun yang kita peroleh, sehingga kita giat menggunakannya tanpa perlu bertanya mengapa harus saya yang mengerjakan dan bukan orang lain saja. Juga, kita tidak perlu bertanya mengapa kita tidak punyai karunia tertentu, karena Allah mempercayakan karunia itu kepada orang lain. Kita harus menemukan karunia-karunia rohani yang Allah berikan, sehingga kita dapat bertanggung jawab dengan memakai karunia tersebut. Allah akan memberikan sukacita yang besar ketika kita menggunakan karunia tersebut dengan setia dan Ia telah mempersiapkan segala sesuatu yang akan mendukung karunia tersebut.

Tujuan Allah memberikan karunia rohani hanya satu, yaitu pembangunan Tubuh Kristus. Kita bertanggung jawab penuh terhadap pembangunan Tubuh Kristus karena karunia rohani itu sudah diberikan kepada kita. Pembangunan ini berupa pertumbuhan rohani, yaitu iman, kasih dan pengharapan, bagi semua anggota jemaat dalam seluruh dimensi kehidupan manusia, seperti kerohanian, ekonomi, sosial, kesehatan, pekerjaan, keluarga, pendidikan, tempat tinggal, dan lain-lain. Ketika semua karunia rohani digunakan akan membangun gereja kita sebagai Tubuh Kristus yang sehat. Dengan Tubuh Kristus yang sehat, gereja kita menjadi kesaksian bagi dunia atas keindahan dan keagungan Allah. Marilah kita bersama-sama menggunakan semua karunia rohani yang Allah telah berikan demi pembangunan gereja kita sebagai Tubuh Kristus (RH)

Sabtu, 21 April 2012

Renungan Warta Minggu-4 April 2012


Kebangkitan Kristus Membawa Syalom Alekem
(Mazmur 16; I Petrus 1:3-9)

Ketika mendengar kata “syalom”, mungkin kita merasa kata itu membosankan dan tanpa makna karena sering mendengarnya tetapi tidak membuat hidup lebih baik. Kita mencoba untuk mengimani dan mengamini kata tersebut, namun kenyataannya kita merasa kehidupan kita bertambah susah dan depresi. Atau sebaliknya kita memahaminya sebagai kehidupan yang lancar, tenang, senang, dan bahagia. Suatu keadaan yang sedikit atau tanpa segala masalah dan kesusahan. Kedua sikap tersebut tampaknya bersifat ekstrim. Yang pertama, hidup terlalu fokus pada kesusahan sehingga tidak melihat hal yang lebih tinggi dan lebih bermakna. Yang kedua, hidup di dalam dunia utopis karena menempatkan hidup terlalu tinggi dan tidak realistis.

Rasul Petrus mengatakan bahwa karena rahmat Allah yang besar kebangkitan Kristus melahirkan kita kembali kepada suatu hidup yang penuh pengharapan (1Ptr. 1:3). Tidak mudah bagi Petrus untuk menuliskan perkataan tersebut ketika jemaat sedang mengalami penganiayaan yang besar pada waktu itu. Petrus mencoba mempertemukan realitas kehidupan sekarang yang teraniaya dengan kehidupan nanti yang menerima bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga (ay. 4). Titik temunya adalah iman yang membawa kepada kelahiran baru dan pengharapan yang memberikan keyakinan bahwa kebangkitan Kristus membawa syalom bagi para pengikut-Nya.

Iman melahirkan pengharapan, dan sebaliknya pengharapan meneguhkan iman dan membuat para pengikut Kristus berani menghadapi segala pencobaan dan penganiayaan (1Ptr. 1:3-9; 3:14-16). Itulah syalom yang merupakan pemberian Allah yang akan menenangkan dan meneduhkan jiwa kita meski “badai” menerjang kehidupan kita. Paulus mendoakan jemaat Filipi supaya “damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus” (4:7). Biarlah doa Paulus menjadi doa kita bersama dalam menghadapi “badai” kehidupan.

Ketika murid-murid Yesus yang sedang takut berkumpul di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci, Yesus yang sudah bangkit berkata kepada mereka: “Damai sejahtera bagi kamu” (Yoh. 20:19). Syalom itu sudah diberikan kepada kita. Sekarang kita dipanggil untuk berbagi damai sejahtera Allah kepada orang-orang lain yang sedang gelisah dan takut menghadapi dunia ini. Marilah kita nyatakan iman dan pengharapan yang ada pada kita sebagai bentuk syalom bagi orang yang menantikan kita (RH).

Senin, 16 April 2012

Renungan Warta Minggu-3 April 2012


Tuhan Menampakkan Diri dalam Kebaikan yang Diperbuat-Nya
(Yesaya 25:6-9; Lukas 24:13-49)

Kegelapan membutuhkan cahaya. Kebodohan membutuhkan pencerahan. Pikiran yang terselubung membutuhkan pengungkapan atau penyataan tentang kebenaran. “Seperti katak dalam tempurung.” Kita sering mendengar peribahasa ini yang dipakai untuk menjelaskan bahwa pemahaman kita dibatasi oleh pikiran, perasaan, pengalaman, dan logika yang terbatas. Ketika “tempurung” diangkat, maka kita akan menyadari bahwa ada pemahaman yang baru dan lebih luas.

Dalam perjalanan menuju Emaus dua orang murid Yesus berdiskusi tentang segala sesuatu yang terjadi dalam tiga hari terakhir, yaitu peristiwa penyaliban, kematian dan kebangkitan Yesus. Meski Yesus sudah mengatakan tiga kali tentang penderitaan, kematian dan kebangkitan-Nya, mereka tetap tidak mengerti dan tetap memegang pemahaman dan pengharapan yang keliru terhadap Yesus. Mereka percaya bahwa Yesus adalah nabi dan Mesias yang akan membawa kelepasan dan pembebasan politik bagi bangsa Israel. Pemahaman dan pengharapan mereka, yaitu “tempurung” mereka, dibingungkan oleh realitas yang terjadi bahwa Yesus yang sudah mati ternyata sekarang sudah bangkit dari antara orang mati. Murid-murid Yesus yang lain juga mengalami kegalauan yang sama.

Yesus mengerti kesulitan mereka. Ia mendatangi dan terlibat diskusi untuk menjelaskan segala isi Kitab Suci tentang Dia. Ia juga membuka mata hati mereka sehingga mereka dapat melihat dan mengerti maksud seluruh rencana dan kehendak Allah, bahwa “Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya” (Luk. 24:26). Kebaikan Allah dinyatakan dengan “mendatangi” dan “membuka mata,” serta untuk memberikan damai sejahtera bagi murid-murid-Nya. Kita mengakui bahwa pikiran dan perasaan manusia tidak akan mampu untuk memahami pekerjaan Allah, yakni Yesus yang sudah mati dan yang sudah bangkit, kecuali Allah berinisitaif lebih dahulu dengan mendatangi dan membuka mata hati manusia.

Nats ini mengingat kita untuk selalu selalu rendah hati dan tidak menganggap banyak tahu tentang Allah dan pekerjaan-Nya, namun kita juga tidak boleh ragu-ragu dengan perkataan Allah di dalam Kitab Suci. Kita tidak dapat meletakkan diri Allah dan pekerjaan-Nya dalam “tempurung” kita yang hina, seakan-akan itulah Allah dan pekerjaan-Nya. Marilah kita membiarkan Allah datang dan membuka mata hati untuk berbicara di dalam diri kita tentang diri-Nya dan pekerjaan-Nya. Marilah kita bersyukur karena kebaikan Allah yang bekerja di dalam diri kita akan menjadikan kita sebagai kebaikan Allah bagi orang lain. (RH)

Renungan Warta Minggu-2 April 2012


KRISTUS BANGKIT UNTUK MEMPERSATUKAN KITA
( Efesus 2 : 11 - 22 )

            Selamat Paskah, saudara dan saudari di dalam Kristus! Dalam setiap Hari Paskah kita mengingat dan mensyukuri Kebangkitan Kristus. Alkitab mengatakan bahwa jika Kristus tidak dibangkitkan maka sia-sialah kepercayaan kita dan kita masih hidup dalam dosa kita (1 Kor. 15:17). Jika tidak ada Kebangkitan, Kekristenan dibangun di atas pasir. Kebangkitan menjadi jaminan bahwa penebusan dalam Kristus sudah dipenuhi dengan sempurna.
            Kristus telah mati untuk menciptakan kita menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya dan mengadakan damai sejahtera di dalam satu tubuh (Ef. 2:15). Kristuslah damai sejahtera itu. Melalui kebangkitan-Nya, Kristus telah meyakinkan kita bahwa Ia telah mempersatukan kita semua dengan merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan (ay. 14). Di dalam Dia kita tumbuh menjadi bait Allah yang kudus dan juga dibangun menjadi tempat kediaman Allah di dalam Roh (ay. 21-22). Kita semua adalah anggota keluarga Allah (ay.19).
            Allah menciptakan kita unik, tidak ada satu pun manusia yang sama. Setiap manusia memiliki perbedaan dalam kepribadian, bentuk fisik, pengalaman, dan lain-lain. Namun perbedaan yang diciptakan Allah tidak membenarkan kita untuk memperuncing perbedaan dan memisahkan kita satu dengan yang lain. Kita semua adalah anggota keluarga Allah dan ada damai sejahtera di antara kita. Apa yang terjadi ketika damai sejahtera hilang di antara anggota keluarga Allah? Perbedaan pemahaman dan persepsi di antara kita sering memiskinkan hubungan kita sebagai keluarga Allah, bukan memperkaya kehidupan. Manusia mudah untuk memuliakan dan meninggikan diri di hadapan orang lain, kelihatan atau tidak, sadar atau tidak. Memaksakan kepentingan sendiri dengan atas nama orang banyak masih sering kita temukan dalam keluarga Allah.
            Paulus menasehatkan kita sebagai keluarga Allah untuk merendahkan diri seperti Kristus, lemah lembut, sabar, saling membantu, memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera, sehati sepikir, menganggap orang lain lebih utama daripada dirinya sendiri, memperhatikan juga kepentingan orang lain, memiliki sikap (pikiran dan perasaan) yang sama seperti Kristus, saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat (Ef. 4:2-3; Fil. 2:2-5; Rom. 12: 10). Dan masih banyak lagi nasehat Paulus. Kita perlu senantiasa memelihara damai sejahtera dalam kesatuan tubuh Kristus sebagai keluarga Allah di dalam Gereja Kristus di Bogor ini, bahkan seluruh keluarga Allah di muka bumi. Karena damai sejahtera itu sendiri adalah Yesus Kristus. (RH)